BAB V Komunikasi dan Interpersonal Skill


BAB V

Komunikasi dan Interpersonal Skill :

Kepemimpinan


Dalam  kehidupan  sehari-hari  aktivitas  wirausaha  yang  tidak  terlepas  dari  sikap kepemimpinan bahkan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Kepemimpinan dan Kewirausahaan adalah kemampuan diri seseorang dalam menentukan dan mengevaluasi peluang-peluang yang ada dengan mengelola sumber daya yang tersedia.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahan   sedemikian   rupa   sehingga   orang   lain   mau   melakukan   kehendak   Pemimpin meskipun secara pribadi hal ini mungkin tidak disenangi.   Sukses tidaknya dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada kemampuan pimpinan mempengaruhi bawahan dalam mengajak  dan  menyakinkan  mereka,  sehingga  para bawahan  ikut  berpartisipasi  terhadap apa yang telah dianjurkan dengan penuh semangat.


Pengertian Kepemimpinan

Menurut  Griffin  dan  Ebert,  kepemimpinan   (leadership)  adalah  proses  memotivasi orang  lain  untuk  mau  bekerja  dalam  rangka   mencapai   tujuan yang telah ditetapkan.1
Lindsay  dan  Patrick  dalam  membahas      “Mutu  Total  dan    Pembangunan    Organisasi”

mengemukakan     bahwa     kepemimpinan   adalah      suatu   upaya   merealisasikan   tujuan perusahaan dengan memadukan kebutuhan para individu untuk terus tumbuh berkembang dengan tujuan organisasi. Perlu diketahui bahwa para individu merupakan anggota dari perusahaan.  Peterson  at.all  mengatakan  bahwa  kepemimpinan   merupakan  suatu  kreasi yang  berkaitan  dengan  pemahaman  dan  penyelesaian   atas  permasalahan   internal  dan eksternal organisasi.

Dari   ketiga  definisi    tersebut  dapat  dinyatakan   bahwa   kepemimpinan  merupakan suatu upaya dari seorang pemimpin untuk dapat merealisasikan  tujuan  organisasi  melalui orang  lain  dengan  cara  memberikan   motivasi  agar  orang  lain  tersebut  mau melaksanakannya,   dan   untuk  itu  diperlukan   adanya   keseimbangan   antara   kebutuhan individu para pelaksana dengan tujuan perusahaan. Lingkup kepemimpinan tidak  hanya terbatas  pada  permasalahan  internal  organisasi,  melainkan  juga mencakup  permasalahan eksternal.

Dalam konteks kelompok (tim) bisnis, secara internal seorang ketua tim  harus  dapat menggerakkan    anggota    tim   sedemikian    rupa   sehingga  tujuan dapat  dicapai.  Seorang ketua  tim  harus  dapat  memahami  kelebihan  dan  kekurangan  anggota  timnya,  sehingga dapat menentukan penugasan yang harus diberikan kepada setiap anggota tim. Dilain pihak, secara ekternal seorang ketua tim harus dapat mempengaruhi investor agar mau menginvestasikan dananya kepada bisnisnya.

6.2.              Peran Kepemimpinan dalam Manajemen

Kepemimpinan lebih erat kaitannya dengan fungsi penggerakan (actuating) dalam manajemen.  Fungsi  penggerakan  mencakup  kegiatan  memotivasi,  kepemimpinan, komunikasi,  pelatihan,  dan bentuk-bentuk  pengaruh  pribadi  lainnya.  Fungsi  tersebut  juga dianggap sebagai tindakan mengambil inisiatif dan mengarahkan pekerjaan yang perlu dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Dengan demikian actuating sangat erat kaitannya dengan fungsi- fungsi   manajemen   lainnya,   yaitu:   perencanaan,   pengorganisasian,    dan pengawasan  agar tujuan-tujuan  organisasi  dapat dicapai  seperti  yang diinginkan.  Winardi juga   mengemukakan    bahwa   sekalipun   terdapat   banyak   teori   tentang   fungsi-fungsi manajemen, namun dapat disederhanakan bahwa fungsi    manajemen    setidaknya meliputi:perencanaan,   pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

Dalam perencanaan  telah ditetapkan  arah tindakan  yang mengarahkan  sumber daya manusia   dan   sumber   daya   alam   untuk   dapat   direalisasikan.   Rencana-rencana    yang ditetapkan telah menggariskan batas-batas di mana orang-orang mengambil keputusan dan melaksanakan  aktivitas-aktivitas.  Hal ini berarti telah dilakukan antisipasi tentang kejadian- kejadian,  masalah- masalah   yang  akan   muncul,   dan  hubungan   kausalitas   antar  pihak terkait dalam suatu organisasi  di masa mendatang.  Mengingat  bahwa di masa mendatang terdapat  penuh  ketidakpastian,  maka  antisipasi  yang  telah  ditetapkan  pun  sering  tidak berjalan  sebagaimana  mestinya.  Untuk  ini para manajer  harus siap  menghadapi  keadaan darurat dengan mengembangkan rencana-rencara  alternatif.

Dalam  pengorganisasian,  manajemen menggabungkan  dan  mengkombinasikan berbagai  macam  sumber  daya  menjadi  satu  kesatuan untuk dapat memberikan manfaat yang lebih berdaya  guna. Sumber  daya tersebut  dikelompokkan   sesuai   dengan  sifat dan jenisnya, diberikan peran/fungsi, dan dijalin sedemikian rupa untuk dapat saling berinteraksi menjadi  suatu sistem.  Sistem yang telah ditentukan  diarahkan  untuk dapat memproduksi barang/jasa  sesuai  dengan  yang  telah  ditetapkan  dalam  perencanaan.  Dalam  organisasi, yang terlibat dan bertanggung  jawab atas kegiatan-kegiatan    terdiri   dari   para   manajer, para  supervisor,dan  para pelaksana.

Dengan rencana  yang telah ditetapkan, mereka  yang terlibat akan merealisasikannya, bahkan  dalam  proses  mencapai  manajemen   mutu  total. Kegiatan   atau   proyek   suatu organisasi  merupakan   hasil  dari  kreasi para manajer atau    hasil    dari    gagasan     yang

disampaikan  oleh  para  pelaksana,  tim,  atau  kelompok  pekerja.  Selanjutnya  pihak-pihak tersebut bekerja sebagai suatu tim

Kepemimpinan berperan sangat penting dalam manajemen karena unsur manusia merupakan  variabel  yang teramat  penting  dalam  organisasi.  Seperti  dikemukakan  di atas bahwa  yang terlibat  dan bertanggung  jawab atas kegiatan-kegiatan  organisasi  terdiri dari para manajer,  para supervisor,    dan para  pelaksana. Manusia  memiliki  karakteristik  yang berbeda-beda mempunyai kepentingan masing-masing, yang bahkan saling berbeda dan berakibat  terjadi  konflik.  Perbedaan   kepentingan   tidak  hanya  antar  individu  di  dalam organisasi, tetapi juga antara individu dengan organisasi di mana individu  tersebut  berada. Sangat   mungkin   bahwa  perbedaan   hanya   dalam  hal    yang    sederhana,    namun    ada kalanya   terjadi   perbedaan    yang   cukup tajam. Tanpa  kepemimpinan  yang baik, hal-hal yang telah  ditetapkan  dalam perencanaan    dan    pengorganisasian tidak akan dapat direalisasikan. Kepemimpinan sangat diperlukan agar semua sumberdaya yang telah diorganisasikan  dapat digerakkan untuk merealisasikan  tujuan organisasi.

Domingo,  dalam membahas  kepemimpinan  kualitas  (quality  leadership) mengemukakan bahwa manajemen tingkat puncak harus kokoh berinisiatif untuk mengedepankan  pentingnya kepemimpinan  kualitas. Pimpinan puncak   harus   mendorong seluruh   pegawai   dan   harus   menjadi   teladan.  Segala pikiran  dan   perkataannya  harus merefleksikan filosofi kualitas yang diterapkan perusahaan.   Pimpinan puncak harus berpikir dan bertindak  demi kualitas   dalam   segala   situasi   dan   bersedia   mendengarkan    siapa pun, bahkan   dari   seseorang   yang   berada   di   tingkat   paling   bawah,   yang   mau menyumbangkan pendapatnya   untuk peningkatan kualitas.

Domingo   (1997)  mengartikan   kualitas   sebagai   “melakukan   sesuatu   yang   benar secara  benar  sejak  awal”  (“doing  the  right  thing  right  the  first  time”).8  Domingo  juga mengatakan bahwa “menghendaki kualitas berarti berbuat baik  untuk melayani konsumen”. Domingo mengemukakan  tiga hal dari tujuh belas dasar kepemimpinan  yang diterapkan di General Douglas McArthur, yaitu selalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan   berikut dalam  setiap tindakannya, sebagai berikut:

    Apakah seluruh kekuatan yang ada pada saya telah saya arahkan untuk mendorong, memberikan  insentif,  dan  membebaskan  dari  kelemahan dan kesalahan?

   Apakah  setiap  perbuatan  saya  telah  membuat bawahan  saya  mau mengikutinya?

    Apakah  saya secara  konsisten   dapat menjadi teladan dalam karakter,  berpakaian, sopan-santun?

Dari tiga hal yang dikemukakan  Domingo  tersebut   dapat  diketahui  bahwa  seorang pemimpin    harus selalu berorientasi    pada keberhasilan kepemimpinannya. Seluruh kekuatannya difokuskan pada upaya mendorong dan memotivasi bawahannya agar mau melaksanakan kegiatan untuk mencapai tiujuan organisasi dan setiap langkah serta penampilannya   diharapkan   menjadi   suri   teladan   bagi   bawahannya.   Dengan   demikian pemimpin yang baik selalu memberikan pelayanan  terbaik    kepada    bawahannya,     bukan sebaliknya, meminta dilayani oleh para bawahannya. Seorang pemimpin juga rela mengorbankan kepentingan pribadinya untuk kemajuan para bawahannya, yang sebenarnya hal  ini juga untuk keberhasilan organisasinya.

6.3.              Gaya  Kepemimpinan

Pada  awal  pemunculan  teori  kepemimpinan  telah  diidentifikasikan  berbagai  kondisi para  pemimpin hebat  Penampilan fisik, inteligensia, dan kemampuan berbicara di kalangan publik merupakan ciri khas yang harus dimiliki oleh para pemimpin. Pada waktu itu banyak diyakini bahwa orang bertubuh  tinggi lebih baik kemampuan  memimpinnya  dibandingkan dengan orang yang bertubuh  pendek. Namun  belakangan ini telah terjadi pergeseran, cara pandang tidak lagi pada penampilan fisik, melainkan pada gaya  kepemimpinan.  Griffin  dan Ebert mengemukakan   3   (tiga)   gaya kepemimpinan,  yaitu: (1) gaya   otokratik (autocratic style), (2)  gaya demokratik  (democratic  style),  dan (3)  gaya  bebas  terkendali   (free-rein style).

Pemimpin dengan gaya otokratik  pada umumnya memberikan perintah- perintah dan meminta bawahan untuk mematuhinya. Para komandan militer di medan perang  umumnya menerapkan gaya ini. Pemimpin yang menerapkan gaya ini tidak memberikan  cukup waktu kepada para bawahan untuk bertanya dan hal ini lebih sesuai pada situasi yang memerlukan kecepatan dalam pengambilan keputusan. Gaya ini juga cocok untuk diterapkan pada situasi di  mana  pimpinan  harus  cepat  mengambil  keputusan  sehubungan  adanya  desakan  para

pesaing. Gaya otokratik ini tidak selalu jelek seperti persepsi orang selama ini. Untuk menghadapi anggota tim yang malas, tidak disiplin, susah diatur, dan selalu menjadi trouble maker, gaya kepemimpinan otokratik sangat tepat untuk digunakan oleh seorang ketua tim.

Pemimpin  dengan  gaya demokratik  pada umumnya  meminta  masukan  kepada  para bawahan/stafnya  terlebih  dahulu   sebelum  mengambil  keputusan,  namun  pada akhirnya menggunakan   kewenangannya   dalam  mengambil   keputusan.  Sebagai   contoh,   seorang manajer   teknik   di   bagian  produksi   melontarkan   gagasannya  terlebih  dahulu  kepada kelompok  yang berhubungan  dengan  pekerjaan  tersebut  untuk  mendapatkan  tanggapan dan atau masukan sebelum mengambil keputusan

Pemimpin    dengan  gaya  bebas  terkendali     pada  umumnya    memposisikan  dirinya sebagai konsultan bagi para bawahannya dan  cenderung memberikan kewenangan  kepada para bawahan untuk mengambil keputusan. Dengan gaya ini seorang pemimpin lebih menekankan   kepada  unsur  keyakinan   bahwa  kelompok  pekerja  telah  dapat  dipercaya karena  seringnya  menyampaikan  pendapat  dan  gagasannya,  telah  mengetahui  apa  yang harus  dikerjakan dan mengetahui bagaimanamengerjakannya  sehingga pemimpin hanya tut wuri handayani (broad based management).

Ketiga  gaya  kepemimpinan  tersebut  dapat digunakan  oleh  seorang  ketua  tim sesuai dengan   situasi   yang   dihadapinya.   Situasi   di   sini   meliputi   waktu, tuntutan pekerjaan, kemampuan   bawahan,   pimpinan,   teman   sekerja,   kemampuan   dan   harapan-harapan bawahan, serta kematangan bawahan. Beck dan Neil Yeager (2000)  mengemukakan  empat gaya  kepemimpinan  yang lazim disebut  kepemimpinan  situasional  (situational  leadership) berdasarkan interaksi antara pengarahan (direction) dengan pembantuan (support) yang digambarkan sebagai berikut:









Support








Low






Secara  universal,  pola  hubungan  tersebut  dapat  dideskripsikan  sebagai suatu   pola hubunganantaratinggirendahnya hubungan perilaku (relationship behavior) manusia dengan tinggi  rendahnya   perilaku  pekerjaan  (task     behavior).     Berdasarkan     pola     hubungan tersebut,  maka  notasi  gaya

kepemimpinan digambarkan sebagai berikut:

NOTASI
DESKRIPSI
S1
Telling (Directing/Structuring)
S2
Selling (Problem Solving/Coaching)
S3
Participating (Developing/Encouraging)
S4
Delegating

Keterangan :

S1.  Telling (Directing/Structuring)

Seorang pemimpin yang senang mengambil keputusan sendiri dengan memberikan instruksi  yang  jelas  dan  mengawasinya  secara  ketat  serta  memberikan  penilaian  kepada mereka yang tidak melaksanakannya sesuai dengan yang apa anda harapkan. Kekuatan dari gaya   kepemimpinan   ini   adalah   dalam   kejelasan   tentang   apa   yang  diinginkan,   kapan keinginan itu harus dilaksanakan,  dan bagaimana caranya.

Kelemahan   dari gaya kepemimpinan   ini adalah selalu ingin mendominasi semua persoalan sehingga ide dan gagasan bawahan tidak berkembang. Semua  persoalan        akan

bermuara kepada   sang pemimpin sehingga mengundang unsur ketergantungan yang tinggi padanya.

Gunakanlah S1 apabila situasi dan bawahan adalah sebagai berikut:

   Orang baru yang mempunyai pengalaman terbatas untuk mengerjakan apa yang diminta

   Orang yang tidak memiliki motivasi dan kemauan untuk mengerjakan apa yang diharapkan.

   Orang yang merasa tidak yakin dan kurang percaya diri.

   Orang yang bekerja di bawah standar yang telah ditentukan.

S2.  Selling (Coaching)

Seorang   pemimpin    yang   mau   melibatkan    bawahan    dalam   pembuatan    suatu keputusan.  Pemimpin  bersedia  membagi  persoalan  dengan  bawahannya, dansebaliknya persoalan dari bawahan selalu didengarkan  serta  memberikan  pengarahan   mengenai  apa yang   seharusnya   dikerjakan.   Kekuatan      gaya      kepemimpinan   ini      adalah      adanya keterlibatan  bawahan dalammemecahkan    suatu   masalah    sehingga    mengurangi   unsur ketergantungan    kepada   pemimpin.    Keputusan   yang   dibuat   akan   lebih mewakili Tim daripada pribadi.

Kelemahan   dari  gaya  kepemimpinan    ini  adalah   tidak  tercapainya   efisiensi  yang tinggi dalam proses pengambilan keputusan. Gunakanlah S2 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:

   Orang yang respek terhadap kemampuan dan posisi pemimpin.


   Orang yang mau berbagi tanggung jawab dan dekat dengan pemimpin.


    Orang    yang    belum    dapat    melaksanakan    pekerjaannya    sesuai    dengan  standar  yang berlaku.

    Orang  yang  mempunyai  motivasi  untuk  meminta  semacam  pelatihan  atau  training  agar dapat bekerja dengan lebih baik.

S3.  Participating  (Developing/Encouraging)

Salah  satu ciri dari gaya  kepemimpinan  ini adalah  adanya  kesediaan  dari pemimpin untuk memberikan  kesempatan  bawahan  agar dapat berkembang  dan bertanggungjawab serta memberikan  dukungan  sepenuhnya  mengenai  apa yang mereka perlukan.  Kekuatan

gaya kepemimpinan   ini adalah adanya kemampuan   yang tinggi dari pemimpin untuk menciptakan  suasana  yang menyenangkan  sehingga  bawahan  merasa senang,  baik dalam menyampaikan masalah maupun hal- hal lain yang tidak dapat mereka putuskan. Pemimpin selalu memberikan kesempatan kepada bawahan untuk dapat berkembang.

Kelemahan  gaya  kepemimpinan  ini  adalah  diperlukannya  waktu  yang  lebih  banyak dalam  proses  pengambilan  keputusan.  Pemimpin  harus  selalu  menyediakan  waktu  yang banyak  untuk  berdiskusi  dengan  bawahan.  Gunakanlah  S3  apabila  situasi  dan  kondisi bawahan sebagai berikut:

   Orang yang dapat bekerja di atas rata-rata kemampuan sebagian besar pekerja.


    Orang  yang  mempunyai   motivasi  yang  kuat  sekalipun  pengalaman   dan  kemampuannya masih harus ditingkatkan.

    Orang  yang  mempunyai   keahlian  dan  pengalaman   kerja  yang  sesuai dengan tugas yang akan diberikan.

S4.  Delegating

Dalam gaya ini, pemimpin memberikan banyak tanggung jawab kepada bawahan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memecahkan permasalahan. Kekuatan dari gaya kepemimpinan  ini adalah terciptanya  sikap memiliki dari bawahan atas semua tugas yang diberikan. Pemimpin lebih merasa santai sehingga mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan hal-hal lain yang memerlukan perhatian lebih banyak.

Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah saat bawahan memerlukan keterlibatan pemimpin, maka ada kecenderungan ia akan mengembalikan persoalannya kepada bawahan meskipun sebenarnya itu tugas pimpinan.

Gunakanlah S4 jika situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:

    Orang yang  mempunyai  motivasi,  rasa  percaya  diri  yang tinggi  dalam  mengerjakan  tugas- tugasnya.

    Orang yang mempunyai  pengalaman dan keahlian memadai untuk mengerjakan  tugas-tugas yang sudah jelas dan rutin dilakukan.

   Orang  yang  berani  menerima  tanggung  jawab  untuk  menyelesaikan suatu tugas.

   Orang yang kinerjanya di atas rata-rata para pekerja pada umumnya


6.4.              Syarat-syarat Kepemimpinan

Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:

1.    Kekuasaan

Kekuasaaan adalagh otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin  untuk mempengaruhi  dan menggerakkan  bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.
2.    Kewibawaan

Kewibawaan    merupakan   keunggulan,   kelebihan,   keutamaan   sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.
3.    Kemampuan

Kemampuan   adalah  sumber  daya  kekuatan,  kesanggupan   dan  kecakapan   secara teknis maupun social, yang melebihi dari anggota biasa.

Sementara  itu  Stodgill  yang  dikutip  James  A.  Lee  menyatakan  pemimpin  itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:

1.    Kepastian,  kecerdasan,  kewaspadaan,  kemampuan  berbicara,  kemampuan menilai.

2.    Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.

3.    Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.

4.    Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.

5.    Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan tenar.


6.5.              Pemimpin Formal dan Informal


Dalam  masyarakat  kita  mengenal  jenis-jenis  kepemimpinan  antara  lain  pemimpin negara,   pemimpin agama,   pemimpin seminar   dan lain-lain. Sehingga dari berbagai jenis kepemimpinan  tersebut dapat diklasifikasikan  dalam dua kelompok besar yaitu pemimpin formal dan pemimpin informal.

1.    Pemimpin Formal
Pemimpin   formal   adalah   orang   yang  dalam  sebuah  organisasi   ditunjuk   sebagai pemimpin berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku  suatu  jabatan

dalam  struktur  organisasi,   dengan  segala  hak dan kewajibannya  untuk mencapai  tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Ciri-ciri pemimpin formal

 Berstatus  sebagai  pemimpin  formal  yang ditunjuk  oleh  yang berwenang.

 Memperoleh dukungan dari organisasi formal dan mempunyai atasan.

 Harus memenuhi persyaratan formal

 Mendapat kenaikan pangkat

 Dapat dimutasikan

 Memperoleh imbalan akan balas jasa materiel imateriel.

 Bila melakukan kesalahan dapat dikenai sanksi atau hukuman.

 Selama    menjadi   pemimpin   berhak   mengatur    sepenuhnya    organisasi  yang dipimpinnya.
2.    Pemimpin Informal
Pemimpin informal ialah seorang yang tidak secara resmi diangkat sebagai pemimpin, tetapi merupakan kehormatan biasanya karena menpunyai kelebihan ditunjuk sebagai pemimpin sehingga mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok.

Ciri-ciri pemimpin formal:

 Masyarakat/kelompok mengakui dirinya sebagai pemimpin.

 Tidak ada pengangkatan resmi sebagai pemimpin.

 Tidak dapat dimutasi

 Tidak punya atasan

 Jika   melalukan  kesalahan  tidak dikenai   hu kuman   hanya   kurang kepercayaan terhadap dirinya.
 Tidak mendapat balas jasa.

6.6.              Kepala dan Pemimpin

Di tengah masyarakat terkadang sering terjadi bias pengertian antara kepala dan pemimpin. Pada dasarnya istilah kepala dan pemimpin tidaklah sama. Kepala adalah seorang yang diangkat menurut peraturan tertentu oleh atasan/instansi yang berwenang untuk mengepalai suatu kantor jawatan dan  bertanggungjawab tentang  tugas  yang     dibebankan kepadanya. Kepada bawahan memberikan  perintah dan bertindak sebagai penguasa. Anak

buah  mengerjakan  pekerjaan  yang diberikan  oleh  atasan  dengan  cara   dan   waktu   yang telah   ditetapkan.   Apabila   seorang   kepala   ingin berhasil harus kerja yang baik, ia harus menyakinkan anak buah agar mau menerima dan mengakuinya.

Pemimpin  adalah seorang  yang dipilih dari kelompoknya  karena memiliki  kelebihan- kelebihan    tertentu,  selanjutnya  diberi  tugas  untuk  memimpin  anak  buahnya    mencapai tujuan   yang   telah ditetapkan   oleh kelompok.  Untuk kelancaran  tugas diberikan  hak-hak istimewa dibandingkan  dengan anggota kelompok lain. Pemimpin dapat diterima bawahan karena dipilih diantara mereka.

Kepala dan pemimpin mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah:
    Kepala dan pemimpin membawahi anak buah.

    Kepala dan pemimpin diberi tugas pekerjaan dan mempertanggung- jawabkannya. Perbedaannya adalah:
    Kepala    diangkat    oleh    kekuasaan/instansi    tertentu,    pemimpin    dipilih  oleh  anak buahnya

    Kepala   kekuasaannya   berasal   dari  kekuatan   peraturan   dan   kekuasaan   atasannya, sedangkan    pemimpin    kekuasaannya    menurut    peraturan dan berlandaskan kepercayaan anak buah.

    Kepala  bertanggung  jawab  kepada  atasannya,  sedang  pemimpin  bertanggung  jawab terhadap atasan juga bersedia bertanggung jawab kepada anak buah.

    Kepala   bertindak   sebagai   penguasa,   sedang   pemimpin   berperan sebagai pencetus ide organisator dan koordinator.

    Kepala  tidak  merupakan   merupakan   bagian  dari  anak  buah  sedangkan  pemimpin merupakan bagian dari anak buah

6.7.              Kasus  Kepemimpinan Dalam Tim


6.7.1           Tim yang Kompak

Tim yang kompak adalah  tim yang selalu mengerjakan  kegiatan-  kegiatannya  secara bersama-sama dan saling membantu, baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun di

luar pekerjaan.  Tim demikian  merasa terdapat  persamaan  dalam berbagai hal, antara lain dalam hal pola pikir, filosofi  kehidupan,  nilai-nilai  (values),  cara penanganan  kasus, dapat dipercayainya karakter masing-masing anggota, dan sebagainya. Tim demikian tidak banyak menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan persoalan.

Dengan kekompakan suatu tim,  beban yang ada terasa ringan karena setiap persoalan dapat  dipecahkan   bersama.  Masing-masing   anggota  dalam     tim     dapat     memberikan andilnya   untuk   menyelesaikan   masalah yang ada. Jika dalam tim tersebut terdapat satu atau dua orang yang tidak mempunyai  gagasan  atau andil untuk menyelesaikan  masalah, karena  telah  ada  unsur  kepercayaan  kepada  anggota  yang lain,  maka mereka  cenderung dapat menerima pandangan anggota lain sehingga kebijakan/keputusan  yang diambil oleh anggota  yang lain  tersebut  dapat  diterimanya.    Unsur   saling   mempercayai    merupakan suatu  hal  yang sangat mewarnai dan menjadi ciri khas tim yang kompak.

Dalam hal telah  terjadi  kekompakan  seperti  ini, ketua  tim menjadi  sangat  terbantu dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada. Jika terdapat kekurangan pada salah satu di antaranya, anggota yang lain siap untuk melengkapinya tanpa melakukan berbagai pertimbangan,  seperti merasa dirugikan.   Hal   demikian   dapat   terjadi   karena   pada   tim yang  kompak seperti ini para anggota yang ada   menyadari   bahwa   setiap   orang/anggota pasti mempunyai  masalah/kekurangan,  yang untuk itu mereka bersedia saling membantu. Mereka berpikir pada kesempatan lain dirinya akan mengalami hal yang sama, maka anggota lain juga akan menolongnya.

Tim yang kompak cenderung menyadari bahwa tugas-tugas yang diembannya   harus diprioritaskan  dalam     penanganannya.   Dengan  demikian  ketua  tim  tidak  mendapatkan kesulitan dalam mengarahkan tim untuk mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas dengan baik  sesuai  dengan     standar     yang  ada.  Ketua  tim  hanya  perlu  sedikit  memberikan pengarahan, dan memelihara  suasana agar kekompakan dapat terjaga dengan baik.

6.7.2           Tim yang Kurang Kompak

Kekurangkompakan   antar anggota tim dapat disebabkan oleh berbagai hal. Telah dikemukakan   di atas bahwa semua pihak dalam suatu tim adalah  manusia   yang  masing- masing   mempunyai   kepentingan   pribadi  yang   berbeda-beda.   Perbedaan   kepentingan pribadi   dan   keluarganya,  kepentingan  sosial, kepentingan  politik, daya tahan fisik dalam

bekerja,  perbedaan  semangat  pengabdian,   perbedaan  cara pandang  atas suatu masalah, perbedaan  strategi dalam penanganan  masalah, kurangnya komunikasi  antar anggota tim, dan sebagainya dapat menjadi penyebab terjadinya kekurangkompakan tersebut.

Pada  kondisi  demikian  peran  ketua  tim  dalam  upaya  untuk  mengarahkan  timnya menjadi sangat besar. Namun peran yang besar tersebut belum tentu dapat dimanfaatkan dengan   baik.  Para  anggota   yang  telah  berbeda   pendapat,   berbeda   cara  penanganan masalah,   dan perbedaan- perbedaan lainnya sampai pada tingkat perbedaan  yang prinsip akan menurunkan  kepercayaan  antar  mereka. Dengan  telah  menurunnya kepercayaan di antara mereka, apa pun yang dikerjakan oleh temannya akan  menjadi  bahan  sorotan  dan bahan  celaan.  Jika  ini  terjadi, perbedaan yang ada akan menjadi semakin meruncing dan menjadikan tim terpecah   belah. Satu-satunya   ikatan yang ada dalam tim tersebut hanya penugasan  secara  formal  dari instansi  tempat  mereka  bekerja. Pada tim seperti ini ketua tim kurang dapat berfungsi sebagai  pemimpin  yang disegani oleh para anggotanya.  Ketua tim kurang mampu menjadi perekat atas berbagai perbedaan  yang ada.

Tim yang kurang kompak cenderung bekerja   sendiri sendiri, mengabaikan pengarahan yang diberikan  oleh teman  atau  ketua  timnya, dan masing-masing  bekerja  hanya sebatas memenuhi segi-segi formal, kurang disertai dengan semangat pengabdian dan kurang ikhlas dalam melakukan  sesuatu.  Dengan  demikian  mutu  kerja  tim  ini  cenderung kurang sesuai dengan norma-norma dan standar yang ada.

6.7.3           Tim yang Tidak Kompak

Seperti halnya telah diuraikan pada tim yang kurang kompak, tim yang tidak  kompak pada dasarnya disebabkan oleh adanya berbagai perbedaan di antara mereka. Dibandingkan dengan tim yang kurang kompak, tim yang tidak kompak ini memiliki tingkat perbedaan yang lebih besar.   Pada   tim   seperti   ini   perbedaan   yang   menonjol   terdapat   pada tingkat intelektualitas,    emosional,   moralitas,   dan karakter   dari masing-  masing  anggota/ketua timnya. Akibat dari tim yang tidak kompak dapat berupa kegagalan kerja dari tim yang bersangkutan,  bahkan bisa sampai terjadi pertentangan  di antara mereka. Ketua tim tidak dapat lagi mengendalikan  para anggotanya dan para anggota tidak mau lagi mempercayai ketua timnya.

Tim yang tidak kompak cenderung tidak dapat dipertahankan lagi dan masing-masing anggota merasa lebih baik jika tim segera diakhiri. Atasan dari tim yang tidak kompak  harus segera mengetahuinya dan segera mengambil langkah-langkah perbaikan.



6.8.              Keterampilan Dasar Kepemimpinan

Griffin dan Ebert   mengemukakan bahwa manajer yang efektif perlu memiliki keterampilan dasar kepemimpinan, setidaknya dalam 5 (lima) hal sebagai berikut:

   keterampilan teknis (technical skills),

   keterampilan hubungan insani (human relations skills),

   keterampilan konseptual (conceptual skills),

   keterampilan mengambil keputusan (decision-making skills), dan

   keterampilan manajemen waktu (time management skills).

Cocheu menyarankan agar ketua tim memiliki keterampilan  dasar kepemimpinan yang meliputi:

           mendemonstrasikan kepemimpinan,

           memfasilitasi interaksi di dalam tim,

           melakukan negosiasi dalam hal terjadi perbedaan dan konflik,

           melatih anggota tim,

           memberikan pengarahan untuk meningkatkan kinerja tim,

           mempresentasikan gagasan-gagasannya secara persuasif, dan

           membina hubungan dengan berbagai tingkatan manajemen

Seorang pemimpin perlu mendorong timnya untuk selalu berkreasi. Menurut


6.8.1    Membangun Visi Tim

Pada  sesi  sebelum   ini  telah  dikemukakan   bahwa  kreativitas   setiap   anggota   tim diperlukan untuk dapat meraih kinerja yang lebih baik dalam melaksanakan   tugas.   Namun kreativitas   tim yang tidak terarah  dan tidak sesuai dengan nilai-nilai  yang bersifat  positif

malah  akan  menjadi  sarana  penghancuran    massal    dan    mengeksploitasi    orang    lain sehingga  potensi yang   ada   akan  menjadi   sia-sia,   bahkan   merusak.   Dengan   demikian organisasi tempat tim berada tidak membawa berkah, sebaliknya malah menjadi ancaman bagi masyarakat.

West mengemukakan  bahwa agar kreativitas tim dapat memberikan  manfaat  secara optimal, tim harus mempunyai  visi untuk memberikan  fokus dan pengarahan  pada energi yang  ada.  Visi  bagi  tim  harus  jelas,  dianut  bersama,  dirundingkan,   bisa  dicapai,  dan memberikan harapan di masa depan. Visi tim hendaknya menjadi milik para anggotanya. Jika para  anggota  tim tidak  berbagi  visi, kreativitas  individual  tidak  dapat  disatukan  sehingga tidak dapat membuahkan hasil-hasil yang diinginkan. Seballiknya jika terdapat kebersamaan yang kuat dalam memiliki tujuan-tujuan  tim, kreativitas yang ada dapat berfungsi sebagai daya penggerak.

Visi  tim  selayaknya  merupakan  perpanjangan  dari  visi  organisasi  karena  organisasi pada dasarnya adalah suatu tim besar yang di dalamnya terdiri dari  banyak  tim.  Visi  adalah cerminan  dari  nilai-nilai  yang  dianut,  minat- minat, harapan-harapan,   dan kepercayaan- kerpercayaan   manusia. Karena manusia terus berkembang dan berubah seiring dengan perjalanan waktu, maka visi juga berevolusi , berubah mengikuti perjalanan waktu tersebut.

6.8.2    Membangun Partisipasi Tim

Sebagai seorang pemimpin, ketua tim perlu membangun partisipasi tim. Partisipasi merupakan  sarana untuk mereduksi resistensi terhadap perubahan, mendorong komitmen, dan menumbuhkan kultur yang lebih “berorientasi   pada  manusia”.   West  mengemukakan bahwa partisipasi memadukan   tiga  konsep   dasar,   yaitu:  (1)  pengaruh   atas  pembuatan keputusan,  (2) berbagi informasi, dan (3) frekuensi interaksi.

1.       Pengaruh atas Pembuatan Keputusan

Jika para anggota tim mempunyai pengaruh atas pembuatan keputusan, mereka akan lebih senang untuk menyumbangkan  ide-ide kreatifnya. Partisipasi tim terjadi ketika proses pembuatan keputusan ditentukan secara  kolektif  sehingga  pandangan,  pengalaman,  dan kemampuan semua orang dalam tim akan mewarnai masa depan.

2.       Berbagi Informasi

Cara paling efektif dari berbagi informasi adalah melakukan  komunikasi secara tatap muka. Pesan-pesan  tertulis seperti e-mail dan atau memo cenderung   merupakan   media yang  miskin  untuk  berbagi  informasi. Dengan demikian tim harus mendorong komunikasi tatap muka sehingga penggunaan media tertulis hanya untuk pesan-pesan yang sederhana.

3.       Frekuensi Interaksi

Frekuensi  interaksi  yang  cukup  di  antara  para  anggota  tim  sangat berperan dalam pembentukan  partisipasi  tim.  Dengan  adanya  interaksi  yang cukup,  tim akan  terus  dapat bertukar  ide, bertukar informasi,  dan mampu   mencari   jalan   keluar   atas   konflik   atau pandangan-pandangan yang saling bertentangan. Frekuensi interaksi yang cukup dapat memperkaya perbendaharaan pengetahuan kolektif dan mengembangkan kreativitas. Ketika anggota-anggota  tim  saling  menghindari  satu  sama  lain,  niscaya  tim  akan  menemukan banyak kesulitan yang memunculkan berbagai  konflik.

6.8.3    Pemimpin Yang Memotivasi

Kepemimpinan    dan motivasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Sulit membayangkan  seorang  pemimpin  yang  tidak  memotivasi  orang  lain.  Berikut  ini  adalah delapan cara memotivasi:

1.   Individu  sendiri harus termotivasi.    Seseorang  tidak pernah  mengilhami  orang lain kecuali dia sendiri terilhami. Hanya seorang pemimpin yang termotivasi yang dapat memotivasi orang lain.

2.   Pilih orang yang bermotivasi  tinggi. Karena sulit memotivasi orang lain, masuk akal bila kita memilih orang yang sudah termotivasi.

3.   Perlakukan    setiap   orang sebagai    individu.   Bila kita tidak menanyakan  motivasi seseorang  –  keinginannya  –  kita  tidak  akan  mengetahuinya.  Kita  semua  adalah individu.   Apa   yang   memotivasi   seseorang   dalam   sebuah   tim,   mungkin   tidak memotivasi orang lain. Lakukanlah semacam dialog dengan setiap individu anggota tim.

4.   Tetapkan sasaran yang realistis dan menantang.

5.   Ingat, kemajuan akan memotivasi.   Kita ingin menyelesaikan   apa yang kita lakukan.

Semakin  penting  sebuah  tugas,  semakin  kuat  kebutuhan  untuk  menyelesaikannya dengan memuaskan.

6.   Ciptakan lingkungan yang memotivasi.

7.   Berikan hadiah yang adil. Setiap pekerjaan menyiratkan unsur penyeimbang   antara apa  yang  kita  berikan  dengan  apa  yang  kita harapkan. Keadilan di sini berarti apa yang kita peroleh harus sepadan nilainya dengan apa yang kita berikan.
8.  Berikan   pengakuan.   Sifat   haus   akan   pengakuan   adalah   universal.   Bagi   orang berbakat,   hal   ini   setara   dengan   hasrat   akan   ketenaran   atau kejayaan.   Raih setiap   kesempatan    untuk   memberi    pengakuan,    meski  hanya  atas upaya  yang orang lain tunjukkan. Kita tidak bisa selalu mengatur hasil yang diharapkan. Lihatlah nilai pekerjaan orang lain dan tunjukkan  penghargaan   kepadanya.  Seseorang tidak harus    menjadi  manajer  untuk  melakukan  ini  karena  kepemimpinan  sejati  selalu dapat dipraktikkan dari posisi paling bawah

Komentar