BAB III. Karakter Wirausaha Sukses : Menjalankan usaha (problem solving) dan Ketegasan

BAB III.
Karakter Wirausaha Sukses : Menjalankan usaha (problem solving) dan Ketegasan



Kewirausahaan dalam perspektif ekonomi dapat dijelaskan dari aspek peluang. Sebagaimana    beberapa   ahli   mendefinisikan    kewirausahaan    sebagai   tanggapan    yang dilakukan seseorang terhadap peluang-peluang usaha yang diwujudkan dalam berbagai tindakan dengan berdirinya sebuah unit usaha sebagai suatu hasil dari tindakannya.  Dalam perspektif   sosiologi  kemampuan  menemukan  peluang  sangat  tergantung  pada  interaksi antar-manusia  untuk   memperoleh   dan   mengakses   informasi   yang  dibutuhkan   terkait dengan luang yang ada. Sedangkan dalam perspektif psikologi kemampuan seseorang dalam menemukan dan memanfaatkan peluang sangat tergantung dari karakter kepribadian  yang dimilikinya.

Jelas kiranya bahwa salah satu  faktor keberhasilan seorang wirausahawan adalah kemampuannya  dalam jeli melihat peluang dan memanfaatkannya  sebelum  dimanfaatkan oleh  orang lain. Kemampuan melihat peluang adalah modal  dalam memunculkan ide  awal untuk berwirausaha. Tidak semua orang mampu melihat peluang apalagi memanfaatkannya, demikian halnya kemampuan melihat peluang tidaklah sama antar setiap orang. Seseorang yang telah  mengenal  potensi  diri  yang  dimilikinya  lebih  cenderung  memiliki  kemampuan untuk melihat dan memanfaatkan peluang peluang yang ada.

MENENTUKAN PELUANG USAHA


3.1.              Menemukan Peluang Usaha

Peluang usaha bersumber dari adanya kebutuhan dari individu atau masyarakat. Oleh karena itu jika ingin mulai mewujudkan berwirausaha, hendaknya terlebih dahulu menjawab pertanyaan” “Apakah yang menjadi kebutuhan masyarakat atau kebanyakan anggota masyarakat   saat  ini  atau  di  masa  yang  akan  datang?”.   Untuk  memahami  kebutuhan masyarakat diperlukan suatu diagnosa terhadap lingkungan usaha secara keseluruhan, yang meliputi faktor ekonomi, politik, pasar, persaingan, pemasok, teknologi, sosial dan geografi.

Lingkungan usaha senantiasa berubah setiap saat, bahkan perubahannya cukup pesat dan seiring dengan itu terjadi pula perubahan  kebutuhan  masyarakat.  Untuk menemukan peluang usaha  yang prospektif seharusnya  kita sebagai  wirausahawan  senantiasa  mencari informasi  yang terkait dengan perubahan  lingkungan  dan kebutuhan  masyarakat.  Sumber informasi  dapat  diperoleh  dari  instansi/lembaga  pemerintah,  media  massa,  pasar   atau mungkin melalui wawancara  dengan konsumen. Jadi, peluang senantiasa ada karena perubahan-perubahan    terus   berlangsung   baik   di   tingkat   individu,   maupun   ditingkat masyarakat.  Kemampuan  kita melihat peluang sangat tergantung  dari  informasi yang kita peroleh tentang faktor lingkungan usaha.

Berangkat  dari  pertanyaan  di  atas  dengan  memanfaatkan  potensi  diri  kita,  maka  dalam menemukan peluang usaha yang cocok, kita dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu:
a.   Pendekatan  in-side-out  (dari  dalam  ke luar)  bahwa  keberhasilan  akan  dapat diraih  dengan memenuhi kebutuhan yang ada saat ini.
b.   Pendekatan  out-side-in  (dari  luar  ke dalam)  bahwa  keberhasilan  akan  dapat diraih  dengan menciptakan kebutuhan

3.2.              Memilih Lapangan Usaha  dan Mengembangkan  Gagasan

UsahaSetelah mengetahui kebutuhan masyarakat dan berhasil menemukan

berbagai  lapangan  usaha dan gagasan  usaha,  maka langkah  berikutnya  adalah  menjawab pertanyaan:  â€śManakah   di antara  lapangan  usaha  dan  gagasan-gagasan usaha  tersebut yang  paling  tepat dan cocok untuk saya?”  Pertanyaan  ini sangat  tepat, mengingat  setiap orang memiliki  potensi  diri  yang berbeda-beda.  Tentunya  dalam memilih  lapangan  usaha dan mengembangkan  gagasan usaha, kita perlu menyesuaikan dengan potensi diri yang kita miliki.  Kekeliruan  dalam  memilih  yang  disebabkan  karena  ketidakcocokan  atau Ketidaksesuaian pada akhirnya akan mendatangkan kesulitan atau bahkan kegagalan di kemudian hari.

Telah banyak fakta yang dapat dikemukakan, bahwa masih banyak wirausahawan yang memulai  usahanya  dengan  melihat  keberhasilan  orang  lain dalam  menjalankan  usahanya (latah  atau  ikut-ikutan).  Pada  hal belum  tentu  orang  lain  berhasil  dalam  suatu  lapangan usaha,  kita  juga dapat  berhasil  dengan lapangan usaha yang sama.  Mungkin saja orang lain berhasil  karena  potensi  diri  yang dimilikinya  cocok  dengan  lapangan  usaha  tersebut  dan kemampuan dia untuk mengakses informasi terkait dengan usaha yang dijalankannya. Bisa saja kita mengikuti orang yang telah berhasil dalam suatu lapangan usaha, namun kita perlu memiliki nilai lebih dari aspek kualitas yang kita tawarkan kepada konsumen. Namun kemampuan  menawarkan  aspek kualitas yang lebih tetap juga terkait dengan potensi diri yang kita miliki.

Olehnya  itu,  dalam  memilih  lapangan  usaha  yang  akan  kita  geluti,  perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

a.   Lapangan usaha yang cocok untuk orang lain belum tentu cocok bagi kita.

b.   Lapangan  usaha  yang  pada  masa  lalu  menguntungkan,  belum  tentu  pada  saat  ini masih  menguntungkan,  atau  lapangan  usaha  yang  menguntungkan  saat  ini  belum tentu menguntungkan di masa yang akan datang.
c.   Lapangan   usaha   yang   berkembang   baik   di   suatu   daerah,   belum   tentu   dapat

berkembang dengan baik pula di daerah lain, dan sebaliknya.

d.   Berangkat dari pertimbangan-pertimbangan  tersebut, maka dalam memilih lapangan usaha,  kita  perlu  kembali  melihat  dan  mengkaji  kondisi  internal  kita  dan  kondisi eksternal dimana usaha kita jalankan, karena faktor internal dan eksternal ini akan

sangat menentukan  kesuksesan kita dalam menjalankan usaha. Faktor internal yang dimaksud    seperti    penguasaan    sumberdaya    (lahan,   bangunan,    peralatan    dan finansial), penguasaan teknis atau keterampilan, penguasaan manajemen dan jejaring sosial  yang  kita  miliki.  Sedangkan  faktor   eksternal  seperti  peraturan  pemerintah, tingkat   permintaan  dan penawaran,  persaingan,   resiko dan prospek ekonomi baik lokal, regional, nasional maupun global.

Berdasarkan uraian di atas, maka langkah awal yang perlu kita lakukan adalah menginventarisir  berbagai jenis lapangan usaha dan gagasan produk yang bertujuan untuk meningkatkan  kualitas hidup manusia. Kehidupan manusia dapat berkualitas ketika semua komponen  kebutuhannya  terpenuhi.  Komponen  dan struktur  kualitas  kehidupan  manusia digambarkan oleh Suryana (2007) sebagaimana digambarkan pada Tabel berikut ini

Tabel 2.Struktur  Kualitas Manusi Menurut Suryana (2007)

Kebutuhan
Manusia
Aktifitas
Input
Sarana
Hasil Capaian


FISIK

Makan, minum, bermain, olahraga, tidur


Makanan, minuman, pakaian, obat- obatan

Peralatan Makan
Olah raga Rumah Gedung
Jasmani yang :
- Sehat
- Segar
- Kuat
- Aman

MENTAL- RASIONAL

Belajar, membaca mengobservasi, menulis, meneliti

Informasi, pengetahuan, konsep, rumus

Alat-alat audio
Visual, buku,
Media dan alat tulis
Manusia rasional:
-berpengetahuan
-objektif
-netral
-kritis

PSIKO-SOSIAL

Bergaul, berteman, berorganisasi
Isyarat, lambang,
bahasa, etika,
adat istiadat,
norma- norma
Alat-alat transportasi dan
Komunikas i
Manusia sosial :
-berstatus
-populer
-matang emosi
PSIKO- PERSONAL
Menulis diary, memoar, introspeksi, refleksi, afirmasi
Imaji, mimpi, bisikan nurani, suara-suara
Pena, kertas, ruang sunyi
Manusia berkepribadian, utuh, muthmainnah


SPIRITUAL


Meditasi, berdoa, shalat, puasa, ziarah
alam
Ilham, hidayah, wahyu, puisi, karya seni

Mesjid, biara, gereja, buku/kitab suc i,
benda-benda s imbolik
Manusia :
- Intuitif
- Humanis
- Religus
- Saleh

Mungkin dari langkah awal tadi, kita telah menemukan  ratusan atau bahkan  ribuan gagasan  usaha. Untuk memperkecil pilihan dalam melakukan analisis berikutnya, maka kita harus  menyeleksi  berbagai  jenis  gagasan  usaha  yang  telah  kita  lakukan  pada  langkah pertama  tadi.  Gagasan  usaha  yang  dipilih  adalah  gagasan  yang  memiliki  prospek  secara ekonomi yang dapat berupa pertimbangan bahwa produk yang dihasilkan merupakan kebutuhan vital bagi manusia dengan tingkat permintaan dan harga yang relatif memadai.

Selanjutnya  alternatif pilihan lebih diperkecil  lagi dengan  memilih  beberapa  gagasan usaha dengan mempertimbangkan potensi diri (faktor internal) kita. Hasil akhir dari langkah- langkah yang telah kita lakukan akan diperoleh beberapa gagasan usaha yang telah terurut berdasarkan prioritasnya. Agar pilihan kita lebih aman dan dapat dikuasai dengan baik, maka perlu dilakukan.

Analisis. Kembali dengan mempertimbangkan faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan  yang kita miliki jika kita memilih gagasan usaha yang bersangkutan, dan faktor eksternal  berupa peluang dan ancaman  yang akan dihadapi  jika kita menjatuhkan  pilihan pada gagasan  usaha yang bersangkutan.  Analisis ini sering dikenal  dengan  analisis SWOT. Bukan tidak mungkin, setelah melakukan langkah analisis ini, kita akan menjatuhkan pilihan pada gagasan usaha yang menjadi prioritas kedua atau ketiga dari hasil analisis sebelumnya.


Ketegasan

Merencanakan    produksi   merupakan    salah   satu   tantangan   bagi   seorang   wirausaha. Diperlukan  ketegasan  dalam  merencanakan.     Hal  ini  sangat  penting  karena  ketegasan seorang  wirausaha  akan  menentukan   kemampuan   dirinya  untuk  mencapai  cita-citanya secara SMART.

Ketegasan dalam Aspek Produksi



Sistem   produksi   yang   baik   harus   mampu   menghasilkan   produk   seperti   yang diharapkan. Umumnya suatu sistem diukur dengan kemampuan memproduksi dalam jumlah dan kualitas yang ditetapkan berdasarkan  kebutuhan  konsumen, kemampuan  sumberdaya perusahaan  serta harapan dari wirausahawan  sebagai pemilik dan mungkin  juga sekaligus sebagai manajer.

Tahap  awal  dalam  pelaksanaan  proses produksi  adalah  merencanakan  produk  yang akan diproduksi. Pada pembelajaran sebelumnya (Aspek Pemasaran)  telah dirumuskan jenis produk  yang  akan  dihasilkan  sesuai  dengan  potensi  diri  yang  dimiliki,  tentunya  produk tersebut memiliki potensi/prospek pasar yang memadai. Gambaran mengenai karakteristik produk yang akan dihasilkan, memberikan  kemudahan dalam menyusun kebutuhan bahan, tenaga kerja, mesin/peralatan, lokasi produksi dan biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dengan gambaran produk ini, juga akan memudahkan dalam menetapkan sistem produksi  yang akan diterapkan  dalam  menghasilkan  produk  yang dimaksud.  Olehnya  itu, dalam sistem produksi dikenal adanya 3 (tiga) komponen, yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output).

4.2.   Definisi Produksi

Berbagai  literatur  tentang  produksi  mendefenisikan  produksi  dengan  gaya pengungkapan yang berbeda-beda. Istilah produksi sering digunakan dalam suatu organisasi untuk menghasilkan suatu keluaran atau output, baik berupa barang maupun jasa. Produksi dari  sudut  pandang  kegiatan  penciptaan  produk  seperti  yang  dikemukakan  oleh  Assauri (1993) bahwa produksi merupakan kegiatan untuk  menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Demikian pula defenisi yang dikemukakan oleh Reksohadiprojo dan Gitosudarmo  (2003)  bahwa  produksi  adalah  kegiatan  untuk  menghasilkan  barang-barang dan  jasa-jasa  sesuai  dengan  kehendak  konsumen  dalam  hal  jumlah,  kualitas,  harga  serta waktu.

Produksi tidak hanya menciptakan produk sebagai keluaran (output), namun juga menggunakan berbagai faktor produksi sebagai masukan (input). Sebagaimana yang dikemukakan  oleh  Prawirosentono  (1997) bahwa  produksi  adalah  membuat  atau menghasilkan   produksi   suatu   barang   dari   berbagai   bahan   lain.   Hal   yang  sama   juga dikemukakan  oleh  Sofyan  (1999)  bahwa  produksi  diartikan  sebagai  suatu  kegiatan  atau proses yang mentransformasikan  masukan menjadi keluaran atau dengan pengertian bahwa produksi mencakup setiap proses yang mengubah  masukan menjadi keluaran yang berupa barang dan jasa.

Produksi   sebagai   suatu   proses,   diartikan   sebagai   cara,   metode   ataupun   teknik bagaimana   produksi   itu   dilaksanakan   atau   suatu   kegiatan   untuk   menciptakan   dan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Ahyari (1990) mengemukakan  bahwa proses  produksi  adalah  suatu  cara,  metode  ataupun  teknik  menambah  kegunaan   suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.

Melihat  berbagai  definisi  yang  telah  diungkapkan  di  atas,  maka  dapat  dirumuskan bahwa proses produksi dalam konteks kewirausahaan adalah merupakan kegiatan untuk menciptakan  atau  menambah  kegunaan  suatu  barang  atau  jasa  dengan  menggunakan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana, agar menghasilkan produk yang dibutuhkan dan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen.

4.3.   Kebutuhan  Proses Produksi

Sebelum melaksanakan proses produksi terlebih dahulu perlu dirancang kebutuhan sarana  dan  prasarana   yang   akan  digunakan   dalam  menghasilkan   produk,  sarana  dan prasarana  inilah  yang sering disebut  sebagai  input  produksi  yang meliputi  bahan,  tenaga kerja, mesin/peralatan, lokasi dan biaya (uang).

4.4.   Bahan Baku

Dalam  menyusun  kebutuhan  bahan  baku  untuk  digunakan  dalam  proses  produksi harus   mengacu   pada   karakteristik   produk   yang  akan   dihasilkan.   Misalnya     saja,   jika berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap pasar produk yang akan dihasilkan, konsumen menginginkan produk yang rasanya manis dan berwarna merah, tentunya bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi adalah gula dan pewarna merah. Dengan demikian, kualitas   produk   yang   akan   dihasilkan   sesuai   dengan   permintaan   konsumen,   sangat

ditentukan oleh kualitas bahan baku yang digunakan. Ini yang menjadi alasan mengapa perusahaan  perlu  melakukan  penanganan  bahan  baku,  terutama  dalam  mengendalikan kualitas untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Pengendalian  dalam pengadaan  bahan baku terutama  pada perusahaan  perusahaan yang  memanfaatkan  hasil-hasil  pertanian  primer  sebagai  bahan  bakunya  sangat  penting untuk dilakukan, karena  hasil pertanian primer memiliki ciri yang apabila tidak dikendalikan akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Ciri-ciri produk hasil pertanian primer adalah bersifat  musiman,  mudah  rusak,  banyak menggunakan  tempat  dan sumbernya  terpencar- pencar.  Hal ini  yang  perlu  ditekankan  dan dipahami,  karena  mengingat  gagasan-gagasan produk yang diajukan oleh peserta mata kuliah Kewirausahaan-1 di Fakultas Pertanian umumnya berbahan baku hasil pertanian.

Jenis  bahan   yang  digunakan   oleh   perusahaan   dalam   proses   produksinya   dapat dibedakan menjadi bahan langsung  dan bahan tak langsung.  Bahan langsung adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan terikat atau menjadi bagian dalam produk. Sedangkan bahan tak langsung  adalah bahan yang bukan atau tidak menjadi bagian dalam produk, namun sangat diperlukan untuk mendukung produksi.

Agar  produksi  dapat berjalan  lancar,  maka dalam pemilihan  bahan  baku  yang akan digunakan setidaknya memenuhi syarat:

a.       Kualitasnya Baik

Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa untuk memperoleh kualitas produk yang baik, diperlukan bahan yang juga berkualitas baik. Selain itu, penggunaan bahan baku yang berkualitas memungkinkan untuk melakukan penyimpanan dalam jangka waktu yang lama. Dengan  demikian,  perusahaan  dapat  melakukan  pembelian  dalam  yang  besar,  sehingga interval  pembelian  dapat  diperjarang  yang  berarti  dapat  menekan  biaya  pengangkutan. Selain itu biasanya perusahaan akan harga bahan yang relatif rendah dari pemasok jika pembelian dilakukan dalam jumlah yang besar. Ini berarti perusahaan dapat menekan biaya pembelian.

Agar  kualitas  bahan  baku  yang  dipasok  oleh  perusahaan   dapat  terjamin,   maka beberapa   hal   yang   perlu   dilakukan,   antara   lain   penyeleksian   sumber   bahan   baku, pemeriksaan  saat  proses  pembelian,  penanganan  saat  pengangkutan,  pemeriksaan  saat

penerimaan di perusahaan, penanganan dalam penyimpanan dan tentunya pemeriksaan sebelum  diproses.  Dengan  upaya-upaya  ini,  perusahaan  dapat  menghindari  penggunaan bahan  baku yang kurang  berkualitas,  sehingga  proses produksi  akan dapat dipertahankan pada tingkat tertentu sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

b.       Mudah diperoleh

Selain aspek kualitas, kelancaran proses produksi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan baku  dari aspek kuantitas dan kontinyuitasnya. Ini berartibahwa bahan baku yang dibutuhkan dalam berproduksi  harus dapat diperoleh setiap saat dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

Perusahaan yang menggunakan bahan baku dari hasil pertanian primer sering menghadapi  kendala  dalam  perolehan  bahan  baku  karena  produksinya  bersifat  musiman dan sumbernya terpencar-pencar.  Malah  tidak jarang kita temui, proses produksi menjadi terhenti  hanya karena keterbatasan  atau malah ketiadaan  bahan baku yang dapat diolah. Keterbatasan   bahan  baku  karena  produksinya  yang  bersifat  musiman   dan  sumbernya terpencar-pencar dapat diantisipasi dengan pembelian dalam jumlah yang besar yang ditindaklanjuti dengan penggunaan teknologi penyimpanan dan/atau pengolahan agar dapat disimpan selama di luar musim.

c.       Mudah diolah

Bahan baku yang digunakan sedapat mungkin mudah diolah, karena bahan baku yang sulit diolah biasanya memiliki konsekuensi terhadap biaya produksi dan pada akhirnya juga akan berpengaruh pada harga jual produk. Apabila bahan baku dapat diolah dengan mudah, kemungkinan besar biaya produksi akan lebih ringan ketimbang pengolahan bahan baku tersebut dilakukan dengan peralatan yang sulit dicari atau harganya mahal atau harus diolah di tempat/perusahaan lain.

Sebagai  contoh,  apabila  perusahaan  menggunakan  bahan  baku tepung beras,  maka lebih baik perusahaan membeli bahan yang telah berbentuk tepung beras daripada membeli beras yang kemudian diolah sendiri menjadi tepung beras. Jika dengan pertimbangan tingkat kebutuhan bahan yang cukup besar dalam sekali proses produksi serta kontinyuitas proses produksi, perusahaan dapat mengadakan mesin pengolahan (mesin penepungan, misalnya). Tentunya dalam hal ini diperlukan biaya investasi untuk  pengadaannya, namun sebelumnya

perlu   dipertimbangkan    apakah   mengolah   sendiri   bahan   baku   lebih   menguntungkan dibandingkan dengan pengolahan diserahkan kepada tempat/perusahaan lain.

d.       Harga yang relatif murah

Bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi sedapat mungkin juga harus relatif  murah.  Dalam artian  bahwa bahan  baku yang dibutuhkan  harganya  tidak melebihi harga yang berlaku  di pasaran  secara  umum.  Konsekuensi  dari tingkat  harga bahan baku yang murah tentunya pada tingkat biaya produksi yang rendah dan pada akhirnya harga jual dapat lebih rendah dibandingkan dengan pesaing.

Sebagaimana  yang  telah  dikemukakan  bahwa  salah  satu  hal  yang  perlu dipertimbangkan dalam pengadaan bahan baku adalah kemudahan dalam perolehannya. Hal ini berarti bahwa penentuan  sumber (pemasok) bahan  tersebut  menjadi hal yang penting untuk dipikirkan. Sumber bahan akan berpengaruh terhadap biaya pengangkutan dan pada akhirnya akan berpengaruh pula pada biaya produksi dan harga jual produk. Semakin dekat sumber bahan akan semakin baik. Namun apabila dalam keadaan tertentu, sumber bahan berada jauh dari lokasi, tentunya  harus mencari alternatif lain agar dapat menekan  biaya, seperti  membeli  dalam  jumlah  yang  besar  untuk  memotong  intensitas  pembelian  tetapi dengan   syarat  bahan  tersebut   dapat  disimpan   dalam  waktu  yang  relatif  lama  tanpa mengurangi kualitas.

Perlu   diingat   bahwa   persaingan   juga   terdapat   dalam   pembelian   bahan   baku. Perusahaan tidak hanya sendiri sebagai pengguna bahan baku tertentu, ada pula perusahaan lain  yang  memproduksi   produk   yang  sama   atau   berbahan   baku  yang  sama.     Dalam menghadapi persaingan memperoleh bahan baku yang dibutuhkan agar ketersediaan bahan baku   yang  dibutuhkan   dapat   terjamin   baik   kuantitas,   kualitas   maupun   kuantitasnya, perusahaan dituntut untuk mencari sumber bahan baku yang dapat diandalkan. Salah satu cara  yang  dapat  ditempuh  untuk  menjamin  ketersediaan  bahan  baku  adalah mengembangkan  hubungan  baik dengan pemasok dengan senantiasa menjalin  komunikasi yang intensif.

Pengenalan terhadap pemasok secara pribadi akan dapat membantu perolehan bahan yang dibutuhkan di saat-saat kondisi ketersediaan bahan dalam kekurangan. Hubungan baik dengan  pemasok  perlu  pula  senantiasa  dipelihara,  karena  pemasok  bahan  juga  dapat

menjadi  sumber  informasi  penting  mengenai  pesaing  (yang  juga  memasok  bahan  dari pemasok), harga, perkembangan desain produk, teknologi dan sebagainya. Jika perusahaan kekurangan   dana   untuk   pengadaan   bahan   baku,   hubungan   yang   telah   dijalin   dapat membantu pembelian dengan sistem kredit yang mungkin tanpa batas.

Dalam pengadaan bahan baku perlu pula diusahakan menetapkan dua atau lebih pemasok  untuk setiap  bahan  yang dibutuhkan.  Selain  untuk  menjamin  ketersediaan,  ada kecenderungan  pemasok  akan  memberikan  pelayanan  yang terbaik  dengan  tingkat  harga yang  sesuai  kepada  perusahaan,   karena  mereka  tahu  bahwa  perusahaan  tidak    hanya membeli  bahan  dari  satu  pemasok.  Diantara  pemasok  juga  terdapat  persaingan  dalam merebut pelanggan, dan tentunya mereka juga ingin unggul dalam persaingan dengan memberikan pelayanan yang terbaik pada pelanggannya.

Selain mengandalkan  pemasok,  perusahaan  dapat  pula menyediakan  sendiri bahan- bahan tertentu yang merupakan bagian yang tebesar dari komponen produk yang dihasilkan. Dengan menyediakan sendiri bahan akan memudahkan perusahaan dalam memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam pengadaan bahan baku, sebagaimana yang telah diungkapkan  di atas. Sebagai contoh, jika perusahaan  menghasilkan  produk keripik pisang, mungkin perlu dipertimbangkan  mengusahakan kebun pisang yang dapat berfungsi sebagai kebun  inti. Fungsinya  tidak hanya sebagai  pemasok utama bahan  baku, tetapi juga dapat berfungsi sebagai penyelamat di saat bahan baku sulit diperoleh dari pemasok.

Sebelum   mengambil   keputusan   untuk   menghasilkan   sendiri   bahan   baku   yang dibutuhkan,   mungkin  perlu  dipertimbangkan   berbagai   aspek  dengan   mempertanyakan berbagai hal, sebagai berikut:

    Bahan-bahan  apa saja yang merupakan bagian dari komponen  terbesar produk yang dihasilkan?

    Sampai  sejauh mana ketersediaan  bahan  tersebut  di pasaran dalam setiap  saat dan bagaimana keterandalam pemasok dalam menyediakannya?

      Bagaimana ketersediaan bahan tersebut di masa yang akan datang?

    Apakah    dengan    menyediakan    sendiri    bahan    yang    dibutuhkan    lebih    efisien dibandingkan dengan pengadaan bahan yang bersumber dari pemasok?

    Apakah  perusahaan  memiliki  sumberdaya  yang  cukup  untuk  menyediakan  sendiri bahan tersebut?

4.4.1    Tenaga Kerja

Tenaga kerja atau sumberdaya manusia merupakan asset penting perusahaan. Dalam proses produksi, tenaga kerja merupakan penggerak berjalannya proses produksi. Meskipun bahan  baku  yang digunakan  telah  memenuhi  standar  kualitas,  peralatan  yang  digunakan telah memadai, jika tenaga kerja yang menjalankan operasional produksi tidak sesuai dalam hal jumlah dan kualifikasi yang diharapkan, maka mustahil perusahaan dapat menghasilkan produk yang berkualitas sebagaimana yang diharapkan oleh konsumen dan perusahaan.

Meskipun  tenaga  kerja  dianggap  sebagai  salah  satu  faktor  penting  dalam  aktifitas proses produksi  perusahaan,  namun  kadang dalam  operasional  perusahaan,  hal ini sering dikesampingkan,  terutama yang terkait dengan kualifikasi  yang dibutuhkan.  Pertimbangan yang sering digunakan  adalah mudahnya  untuk mendapatkan  tenaga kerja dengan  alasan bahwa  setiap  orang  dianggap  membutuhkan  pekerjaan.  Kondisi  yang  demikian menyebabkan  banyaknya  tenaga  kerja  produksi  yang  dipekerjakan  pada  pekerjaan  yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Akibatnya harapan untuk menghasilkan produk yang berkualitas tidak tercapai.

Jenis tenaga kerja yang digunakan pada perusahaan pada dasarnya terdiri dari tenaga kerja upahan dan tenaga kerja keluarga. Kedua jenis tenaga kerja ini memiliki karakteristik masing-masing, sebagaimana diuraikan berikut ini.

      Tenaga kerja upahan

Tenaga kerja yang terikat hubungan kerja dengan perusahaan, dimana masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban. Tenaga kerja upahan dapat digolongkan atas:
      Tenaga kerja tetap,

Merupakan  tenaga  kerja yang secara  teratur memperoleh  hak-haknya  seperti upah dan cuti,  meskipun  mereka  tidak bekerja  karena  sesuatu  hal yang tidak melanggar ketentuan dalam perusahaan. Tenaga kerja golongan ini secara hukum memiliki kekuatan,  olehnya  itu  perusahaan  tidak  dapat  berlaku  sewenang-wenang terhadapnya,  misalnya dengan  melakukan  pemutusan  hubungan  kerja (PHK) secara sepihak.

      Tenaga kerja tidak tetap

Adalah tenaga kerja yang tidak memiliki hak dan kewajiban secara teratur, umumnya mereka akan kehilangan hak tertentu apabila tidak bekerja.

      Tenaga kerja borongan

Adalah tenaga kerja yang menjalankan pekerjaan tertentu atas perjanjian dengan ketentuan yang jelas mengenai volume, waktu dan harga pekerjaan.

      Tenaga kerja keluarga

Merupakan tenaga kerja yang berasal dari lingkungan keluarga yang umumnya dalam melaksanakan  pekerjaannya  tidak  diupah.  Tenaga  kerja  jenis  ini  banyak  digunakan pada perusahaan-perusahaan  kecil atau perusahaan yang masih berskala usaha rumah tangga. Umumnya tenaga kerja keluarga bekerja hanya sebatas tanggung jawab dalam membantu  keluarga. Namun banyak juga dijumpai  anggota  keluarga yang bekerja di perusahaan mendapat upah, meskipun upah yang diberikan tidak sama dengan tenaga kerja yang bukan anggota keluarga.

Kebutuhan  tenaga kerja yang memiliki kemampuan,  pengetahuan  dan keahlian  yang kompeten adalah kebutuhan yang fundamental bagi perusahaan. Kebutuhan ini akan selalu berubah sejalan dengan perubahan kebutuhan perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan senantiasa  dituntut untuk  selalu  mencari,  mengembangkan  dan  mempertahankan  tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. Hal yang mungkin perlu diantisipasi  adalah  munculnya  berbagai  kendala  yang  pada  dasarnya  disebabkan  oleh  1) Belum adanya standar kemampuan tenaga kerja karena informasi menyangkut kemampuan tenaga kerja hanya berdasarkan prediksi yang umumnya bersifat subjektif, 2) Tenaga kerja adalah manusia yang tidak dapat diperlakukan secara mekanistik seperti mesin yang dapat diatur semaunya  dan 3) ketersediaan  tenaga kerja yang sesuai  dengan  kebutuhan  sangat terbatas.

Itulah   sebabnya   perusahaan   perlu   melakukan   perencanaan   tenaga   kerja,   agar kebutuhan  tenaga kerja perusahaan  di masa sekarang dan masa yang akan datang sesuai dengan beban kerja yang ada. Perencanaan  yang kurang cermat akan berakibat  fatal bagi perusahaan. Jika tenaga kerja yang ada melebihi beban kerja yang ada, maka akan berakibat banyak tenaga kerja yang menganggur atau tidak bekerja secara optimal.

Sebaliknya  jika  jumlah  tenaga  kerja  lebih  sedikit  dibandingkan  dengan  beban  kerja yang ada, akan berakibat pada adanya pekerjaan yang tidak terselesaikan secara optimal dan tentunya tenaga kerja akan bekerja melebihi kemampuannya. Tenaga kerja akan mengalami kelelahan,  mudah stres dan pada akhirnya tidak akan betah bekerja dan memilih mencari pekerjaan lain. Artinya kelebihan dan kekurangan beban kerja bagi tenaga kerja perusahaan akan berdampak pada biaya dan pada akhirnya akan berdampak pula pada pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan.

4.4.2    Mesin/Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam suatu proses produksi memiliki peran yang cukup besar di dalam keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produksi, baik dalam hal kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya.

Kebutuhan mesin dan peralatan produksi baik jumlah, jenis, kapasitas dan spesifikasi lainnya seharusnya telah diidentifikasi saat gambaran produk yang akan dihasilkan telah ditetapkan.  Apabila  perusahaan  mengadakan  mesin/peralatan  produksi  yang tidak bermanfaat  untuk  menghasilkan  produk  sesuai  dengan  yang  direncanakan,  maka  sudah dapat dipastikan mesin/peralatan produksi tersebut akan kurang berfungsi atau malah tidak berfungsi.

Konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan adalah adanya beban biaya (penyusutan) yang harus ditanggung oleh perusahaan sedangkan mesin/peralatan  tersebut kurang/tidak mendukung dalam menghasilkan produksi. Disamping itu pula, mesin/peralatan produksi yang jarang dimanfaatkan akan cepat mengalami kerusakan dan tentunya membutuhkan  perawatan.  Ini berarti bahwa perusahaan  melakukan  investasi  yang sia-sia, malah   akan   menambah    beban   biaya   produksi   dan   akan   berpengaruh    pula   pada meningkatnya harga jual produk.

Setelah dilakukan pengadaan mesin/peralatan  produksi, maka selanjutnya yang perlu diperhatikan   adalah   penempatan   atau   tata   letaknya   pada   ruangan   produksi.   Dalam penempatan mesin/peralatan produksi di ruangan produksi terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan, yaitu:

1.     Prinsip integrasi,  dalam  artian bahwa  penempatan  mesin/peralatan  produksi  dapat mengitegrasikan  seluruh faktor produksi (bahan, tenaga kerja, mesin/peralatan,  dan

sebagainya) sehingga menghasilkan kerjasama yang harmonis.

2.     Prinsip  memperpendek  gerak,   dalam  artian  bahwa  penempatan   mesin/peralatan produksi  tidak  membuat  tenaga  kerja  lebih  banyak  bergerak  dari  satu mesin/peralatan ke mesin/peralatan yang lain.
3.     Prinsip     memperlancar     arus     pekerjaan,     dalam     artian     bahwa     penempatan mesin/peralatan produksi dapat menjamin kelancaran arus bahan dalam proses tanpa adanya hambatan.
4.    Prinsip penggunaan  ruangan  produksi yang  efisien dan efektif, dalam artian bahwa

penempatan   mesin/peralatan   produksi  ditempatkan   sesuai  dengan  luas  ruangan produksi yang dimiliki perusahaan.
5.     Prinsip   keselamatan    dan    kepuasan    kerja,    dalam    artian   bahwa   penempatan mesin/peralatan  produksi pada ruangan produksi dapat menjamin  keselamatan  dan kenyamanan kerja dari tenaga kerja.
6.     Prinsip keluwesan, dalam artian penempatan   mesin/peralatan     produksi     sewaktu- waktu dapat disesuaikan jika sewaktu-waktu dibutuhkan adanya perubahan.
7.     Prinsip  proses produksi  yang  berkesinambungan,  dalam  artian  bahwa  penempatan mesin/peralatan produksi tidak menghambat kesinambungan proses produksi.

Mesin/peralatan produksi yang digunakan perlu senantiasa dilakukan perawatan agar proses  produksi   dapat   berjalan  lancar  sesuai  dengan  yang diharapkan.  Mesin/peralatan produksi  yang sering mengalami  kerusakan  akan menyulitkan  untuk menghasilkan  produk yang sesuai  baik dari sisi kuantitas,  kualitas  maupun  kontinyuitasnya.  Selain  itu tingginya tingkat kerusakan  yang diakibatkan kurangnya upaya perawatan akan berdampak pada tingginya  biaya  produksi  yang  akan  berdampak  langsung  pula  pada  tingginya  harga  jual produk. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam upaya pemeliharaan mesin/peralatan produksi, yaitu:

1.    Pemeliharaan breakdown, yakni pemeliharaan yang dilakukan setelah mesin/peralatan produksi mengalami kerusakan.
2.    Pemeliharaan terencana, yakni pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal.

3.    Pemeliharaan      pencegahan,      yakni      pemeliharaan      yang      dilakukan      dengan mempertimbangkan masa pakai dari komponen pada mesin/peralatan produksi.

Selain perencanaan dalam kebutuhan, penyusunan tata letak dan pemeliharaan mesin/peralatan produksi, perusahaan juga harus senantiasa memperhatikan dan mengikuti perkembangan  teknologi  terkait  dengan  penggunaan  mesin/peralatan  produksi. Perkembangan teknologi saat ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap sistem produksi untuk menghasilkan  suatu produk. Penggunaan  mesin/peralatan  produksi dengan teknologi  terkini  akan  menghasilkan  kualitas  produk yang lebih baik dan proses produksi lebih cepat dengan kapasitas yang lebih besar, jikia dibanding dengan menggunakan mesin/peralatan  produksi yang telah ketinggalan  jaman.  Perusahaan  yang tidak mengikuti perkembangan teknologi akan cenderung mengalami kesulitan dalam bersaing dengan perusahaan pesaingnya yang telah menggunakan teknologi terkini.

4.5.      Biaya Produksi

Biaya dapat didefenisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh produk (barang dan /atau jasa). Atau pengeluaran yang dilakukan di masa sekarang untuk mendapatkan  manfaat pada masa yang akan datang, dimana pengeluaran atau pengorbanan  tersebut dapat diduga serta dapat dihitung secara kuantitatif dan tidak dapat dihindarkan.

Biaya  produksi  terdiri  atas  2  (dua)  bagian  besar  dengan  penggolongan   biayanya masing-masing diuraikan, sebagai berikut:

1.    Biaya menurut perilaku yang terdiri dari:

    Biaya  tetap,  merupakan  biaya  yang  besar  kecilnya  tidak  tergantung  pada  besar kecilnya  produksi  dan  dalam  periode  tertentu  jumlahnya  tetap.  Misalnya  biaya untuk gaji tenaga kerja tetap, penyusutan alat, pajak lahan dan sebagainya.
    Biaya  tidak  tetap,  merupakan  biaya  yang  besar  kecilnya  berhubungan  langsung dengan besarnya produksi atau dengan kata lain biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya   dapat   berubah   tergantung   pada  tingkat   produksi   yang   dihasilkan. Misalnya  biaya untuk pembelian  bahan baku, biaya upah tenaga  kerja borongan, dan sebagainya.
2.    Biaya menurut jenis yang terdiri dari:

    Biaya  langsung  (pokok),  merupakan   biaya  yang  langsung  terikat  atau  menjadi bagian pokok dari produk yang dihasilkan.  Biaya yang digolongkan  dalam jenis ini adalah biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung.

    Biaya   tidak   langsung,   merupakan   biaya   yang   secara   tidak   digunakan   untuk menghasilkan produk atau biaya yang terikat bukan pada bagian pokok dari produk yang dihasilkan.  Biaya yang digolongkan  dalam jenis ini adalah biaya bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung.
    Biaya  administrasi/umum,   merupakan  biaya  yang  dikeluarkan   untuk  keperluan

administrasi   kantor   perusahaan   dan   umum.   Misalnya   biaya   untuk   menggaji pimpinan dan pegawai, sewa kantor, perlengkapan kantor dan sebagainya.

4.6.      Proses Produksi

Dihasilkannya produk sesuai dengan jumlah dan mutu yang diharapkan oleh pasar dan perusahaan,  selain ditentukan  oleh input sebagaimana  yang telah dijelaskan  sebelumnya, juga sangat ditentukan oleh kegiatan yang dilaksanakan  selama proses pembuatan produk berlangsung yang dikenal dengan istilah proses produksi. Proses produksi melalui beberapa tahapan  yang merupakan  aktifitas menyeluruh  yang dilakukan  oleh tenaga  kerja produksi yang membuat produk, tahapan-tahapan ini disebut tahapan produksi. Tahapan-tahapan produksi yang tersusun secara teratur disebut aliran produksi.

Penggolongan   proses   produksi   berkaitan   dengan   sifat   dan   jenis   masukan   yang digunakan dan produk yang akan dihasilkan. Olehnya itu, proses produksi dapat dibedakan atas:

1.    Proses produksi berdasarkan wujudnya, terdiri atas:

    Proses    kimiawi,    yaitu    proses    pengolahan    bahan    menjadi    produk    dengan mendasarkan pada sifat kimiawi bahan yang diolah.
    Proses mengubah bentuk, yaitu proses pengolahan bahan menjadi produk jadi atau setengah jadi dengan cara mengubah bentuk bahan menjadi bentuk yang lebih bermanfaat.
    Proses   perakitan,   yaitu   proses   menggabungkan    komponen-komponen    produk menjadi produk yang lebih bermanfaat.
    Proses transportasi, yaitu proses memindahkan sumber atau produk dari tempat asal ke tempat dimana produk tersebut dibutuhkan.
2.    Proses produksi berdasarkan tipenya, terdiri atas:

    Proses berkesinambungan,  dimana arus masukan  berlangsung terus melalui sistem produksi   yang  telah  distandarisasi   untuk  menghasilkan   produk  yang  homogen. Bentuk produk yang dihasilkan bersifat standar dan tidak tergantung pada spesifikasi pemesan. Tujuan produksi umumnya untuk persediaan kemudian dipasarkan.
   Proses  terputus-putus,  proses  yang  biasanya  menghasilkan  produk  yang  berbeda

beda,  prosedur  yang  berbeda-beda   dan  bahkan  kadang  dengan  masukan   yang berbeda-beda. Bentuk produknya disesuaikan dengan pesanan konsumen. Tujuan produksi adalah untuk melayani pesanan konsumen.

4.7.      Pengendalian  Produksi

Setelah menentukan  spesifikasi produk yang akan dihasilkan,  merancang  proses dan sistem produksi, maka perlu mengorganisasikan seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan untuk pengendalian produksi. Pengendalian produksi, meliputi:

1.       Pengendalian  pembelian,  agar  pembelian  yang  dilakukan  oleh  perusahaan  terkait dengan proses produksi lebih efisien (hemat biaya). Dalam pengendalian pembelian ini melibatkan beberapa faktor yang saling terkait, yaitu kuantitas, kualitas, harga, waktu dan pelayanan.
2.       Pengendalian   Persediaan,   perlu   dilakukan   agar   biaya   yang   dikeluarkan   untuk penyimpanan dapat dikendalikan.
3.       Pengendalian  produksi, agar proses produksi dapat berjalan lancar, tepat waktu dan menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan yang direncanakan.
4.      Pengendalian  Kualitas,  yang  dilakukan  pada  setiap  tahapan  proses  yang bertujuan untuk mencegah  adanya penyimpangan  terhadap standar kualitas produk yang telah ditetapkan (quality control).








Komentar